(pupuh ini menyindir penulis yang berani beraninya menulis disini seperti layaknya seorang pujangga. Walau banyak yang hanya senyum melihat kecethekan tulisannya. Tapi saya pikir lebih baik bertindak daripada hanya diam. Dan saya butuh “ririhnya wuruk” atau “comment” membangun dari anda pembaca)
Demikian setelah Dhandhanggula selesai, menyusul langgam Setya Tuhu berkumandang
Aku kang setya satuhu/ wit biyen nganti saiki/ bebasane, peteng kepapag obor sumunar//
Andika pangayomanku/ lahir batin tuwuh nyata/ mung sajake andika semune kurang rena//
Tandha yekti paseksene, rikalane/ najan awrat. . . / mlampah tebih datan nesu/ (mugi lestari-a) . . .
Mugya_ antuk berkahing widi/ andika mung tansah limpad/ panyuwunku, setya kula, tansah anglam-lami//