Ingin rasanya tidak berburuk sangka akan kelatahan “Ksatria Pandawa Lima” (tayang di TransTV) meniru Mahabarata Star plus (tayang di ANTV). Namun bagaimana lagi, beberapa fakta menunjukkannya. Sering diiklankan bahwa Pandawa lima ini adalah Versi Jawa, tapi sebentar saja tayang aku langsung bisa menandai ketidakseriusannya mengangkat versi Jawa. Meskipun aku sendiri baru melihat tayangan ini sebentar saja, tidak lengkap dan sepotong-potong, tapi bisa langsung melihat flaws-nya. Mengenai cerita aku tidak bisa mendalami, karena baru tayang beberapa seri.
Wayang Werkudara/Bima dengan kain kotak-kotak yang khas.
Bentuk2 Setengah Hati nya Ksatria Pandawa Lima:
1. Quote dari sang produser: “Ada karakter versi Jawa. Seperti Bambang Kalaya, Petruk, Gareng dan Gatot Kaca. Sayang banget kalau itunya nggak diangkat. Kita berani fight, ini versi Jawanya.”
Tanggapan: Okelah Petruk & Gareng memang versi Jawa, tapi Bambang Kalaya dan Gatotkaca versi India juga ada pak. Di sana ada namanya Eklavya (Sanskrit: एकलव्य, éklavya) dan ada Ghatotkacha (Sanskrit: घटोत्कच Ghaṭōtkaca) … masih mau bilang mereka asli Jawa?
2. Nama tokoh-tokohnya pakai versi India.
Dalam serial ini Pandawa memakai nama Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa nama-nama tersebut sekedar transliterasi ke dalam bahasa Indonesia dari nama-nama versi India yaitu: Yudhisthira, Bhim, Arjun, Nakula dan Sahadeva. Jika ingin mengangkat cerita versi Jawa seharusnya memakai nama yang sering digunakan para dalang yaitu : Puntadewa, Werkudara dan Janaka. Dan jika masih muda seperti yang sedang ditayangkan di seri-seri awal seharusnya terdapat nama-nama: Bratasena, Permadi, Pinten dan Tangsen.
Ada lagi tokoh Begawan Parasu yang di Jawa lebih dikenal dengan Ramabargawa….
Mau mengangkat versi Jawa ya harusnya nama-namanya pakai nama Jawa dong!
3. Nama kerajaannya pakai nama India. Dalam versi Jawa nama kerajaan yang umum dipakai adalah Kerajaan Ngastina (Indonesia: Astina) bukan Hastinapura. Dalam versi Jawa yang ada adalah Kerajaan Plasajenar tidak ada kerajaan Gandara. …. yang niat dong kalau mau buat versi Jawa.
Mungkin dalam versi mendatang akan ada kerajaan Indraprastha yang lebih umum disebut kerajaan Amarta dalam versi Jawa. Lalu pertanyaannya kerajaan Mandura akan bernama apa?
4. Pakaiannya kurang njawani dan samasekali tidak pakai pakem wayang Jawa, bahkan pakaiannya ada yg pakai model India… howwww.
Meskipun kalau mau benar-benar pakai pakem Jawa malah jadi wayang orang :D tapi paling gak sedikit-sedikit kan bisa dimasukkan. Walau di situ sang Pandawa pakai Jarik (biar agak njawani), tapi jariknya salah tuh! masak cuma pakai jarik coklat ala Surakarta gitu. Yang paling khas seharusnya pakaian Werkudara adalah Kampuh/kain Poleng Bintuluaji. Perupa kontemporer-pun tak lupa memakaikan kain kotak-kotak ciri khas Werkudara tersebut.
5. Tidak terlihat ciri khas Sengkuni yang wajahnya hancur. Di situ tidak ada suara dan nada bisara sengkuni versi Jawa yang sangat khas, yang kelihatan malah Sangkuni yang suka nyengir dengan kupluk mirip sorban seperti pada Mahabarata versi Star Plus.
Gambar Werkudara/Bima membunuh Dursasana. Meski versi kontemporer tetaplah memakai kain kotak-kotak.
Bima memakai kain kotak-kotak.
Gambar dari: http://8lackhand.deviantart.com/art/Bima-Mahabharata-310166602
6. Pastinya banyak flaws lain yg belum terungkapkan di sini karena serialnya baru tayang beberapa kali dan aku belum banyak mencermati semuanya. Jika memang mau mengangkat versi Jawa seharusnya keluar nama-nama terkenal semacam: Harya Suman, Antasena, Antareja, Bathara Guru, Buta Cakil, Wisanggeni, dll.
Beberapa hal di atas cukup sudah mengungkapkan betapa tidak seriusnya si pembuat tayangan “Satria Pandawa Lima” untuk mengadopsi Mahabarata versi Jawa. Yang ada adalah elemen-elemen dalam tayangan itu sebagian besar merujuk pada Mahabarata versi Star Plus lalu menerjemahkannya ke versi Indonesia. Harusnya bacalah dulu kitab-kitab Mahabarata versi Jawa baru diterjemahkan ke layar kaca.
Kalo gini, apa ya benar berani fight ini versi Jawanya?!
* Gambar tertampil di sini mungkin saja memiliki hak cipta.
Hal yang juga menarik:
Hak Cipta
Semua skrip dan teknik dalam artikel di itx.web.id boleh digunakan sebagaimana kehendakmu tanpa perlu mencantumkan sumber. Kamu tidak boleh mengkopi seluruh artikel, dalam Bahasa Indonesia ataupun diterjemahkan ke dalam bahasa lain.