Dewi Sembadra dalam tradisi pewayangan Jawa merupakan salah satu tokoh penting dalam Wiracarita Mahabharata, kisah epik Hindu. Ia adalah puteri Prabu Basudewa (Raja di Kerajaan Surasena), dan juga merupakan saudara tiri Krishna atau Kresna. Subadra (Dewi Sembadra menurut ucapan Jawa) ini yang merupakan penjelmaan dari Dewi Sri adalah istri pertama dari Arjuna (putra Pandu ketiga), dan ibu dari Abimanyu.
Ia juga terkenal dalam budaya pewayangan Jawa sebagai seorang putri anggun, lembut, tenang, setia dan patuh pada suaminya. Ia merupakan sosok ideal priyayi putri Jawa. Subadra yang sewaktu kecil bernama Rara Ireng mempunyai dua orang kakak yaitu Kakrasana yang kemudian menjadi raja Mandura bergelar Prabu Baladewa dan Narayana yang kemudian menjadi raja di Dwarawati dengan gelar Prabu Sri Batara Kresna. Subadra menikah dengan salah satu anggota Pandawa yakni Arjuna. Dari rahim Sumbadra inilah lahir Abimanyu yang kelak kemudian akan menurunkan Prabu Parikesit.
Rara Ireng bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka tenang. Bersanggul keling dan sebagian rambut terurai. Berjamang dan bersunting waderan. Bergelang dan berpontoh. Sesudah menjadi Wara Sumbadra, putri ini tak mau lagi mengenakan pakaian serba keemasan dan tak mau pula menggunakan mutu manikam.
Tersebut di dalam cerita, bahwa pertama kali. Raden Bunisrawa melihat Rara Ireng ialah pada waktu Raden Kakrasana (putra Prabu Basudewa) kawin dengn Erawati, pada waktu mana Rara Ireng diajak sebagai patah, pengiring pengantin. Sesudah melihat Rara Ireng, Burisrawa tergila-gila pada putri itu dan bersumpahlah dia, takkan kawin selain dengan Rara Ireng.
Di dalam lakon Sumbadra Larung, ketika tengah malam Sumbadra pergi mandi, di tengah jalan ia dihadang oleh Burisrawa yang karena sangat gembiranya datang mendeikati Sumbadra, tetapi Sumbadra tetap tak mau didekati, hal mana membikin jengkel Burisrawa dan menyebabkan dia mencabut kerisrnya untuk menakut-nakuti Sumbadra yang karena melihat keris terhunus, justeru malahan menyerbu ke arah keris, terkena dan matilah Sumbadra seketika itu juga. Atas pertimbangan Prabu Kresna, mayat Sumbadra dilarung, dihanyutkan dalam perahu dibengawan Silungangga.
Dengan Kembang Cangkok Wijayakusuma Kresna bisa menghidupkan kembali, tetapi kawaskithannya minta Sembadra di larung di kali Jumana, Gatotkaca harus mengawasi dan menjaganya. Antareja sedang mencari ayahnya ingin menghidupkan kembali Woro Sembadra, diserang Gatotkaca disangka berniat jelek. Pertempuran kedua anak Wrekudara membuat Kahyangan Jonggring Salaka panas, mengirim Bathara Naradha untuk memisah dan menjelaskan bahwa mereka satu ayah Wrekudara. Antareja menghidupkan kembali Dewi Woro Sembadra – BANGKIT dengan sarana Air Tirtaamerta yang dibekalkan oleh Bathara Antaboga (Dewa Naga) kakeknya, ayah Dewi Nagagini isteri pertama Werkudara.