“Wisnu, aku mengundangmu untuk datang ke Setragandamayit. Haaaaahahahaa. Hihiiihihiii…”
Betapa terkejutnya Kresna mendengar itu dalam batinnya. Suara itu begitu jelas dan dia tahu betul bahwa itu adalah Durga. Seketika dia menghentikan ngambah jumantaranya. Tiada yang mengenalinya sebagai Wisnu sebelum ini, tapi Btari Durga ternyata tahu! Prabu Kresna pun memenuhi undangan Durga malam itu juga, sebelum ia sampai di Dwarawati, dia berbelok arah menuju Setragandamayit.
Sesampainya di tempat Btari Durga Mahesasuramardini, Kresna berhadapan langsung dengan Btari yang buruk rupa itu. Rambutnya panjang dan gimbal, seperti raksesi, giginya bertaring dan kulitnya kotor seperti bersisik berwarna kelabu. Matanya selalu melotot dan nafasnya begitu bau amis. Kukunya ranggah-ranggah (panjang tak terawat) dan kotor. Dia selalu bertingkah dan tak bisa diam, tangannya melebar seperti menari, kakinya pun. Yang menandakan bahwa ia adalah perempuan hanyalah karena ia memakai kemben (kemban, pakaian khas yang menutupi dari dada hingga ke bawah).
“Oooohhh Wisnu……Haaaahahaha.. Lama sudah kita tak bertemu.”
Prabu Kresna hanya melemparkan pandangan tajam dan datar, tanpa senyuman sedikit pun. Durga seperti tertawa dan menari-nari.
“Bukan tanpa alasan aku mengundangmu kemari, Wisnu. Bukan tanpa alasan. Kita semua tahu bahwa kau adalah Dewa, dan kau telah menitis dari generasi ke generasi. Sejak zaman Jamadagni, Arjunasasrabahu, Ramawijaya, lalu saat ini. Kali ini kau menitis pada Kresna, Kresna adalah kau, dan kau adalah Kresna. Wisnu adalah kau dan kau adalah Wisnu.