Suka-suka aku. Ini badan-badanku sendiri. Mau bergerak, ini badanku, nggak juga badanku. Masih ada lagi suguhan, uli ketan. Lemang. Habis lemang . . . .”
“Apa nggak modar aja kamu ma? Orang nggak inget anak, malah kamu pameri anakmu?” kali ini Gareng yang sewot.
“Eeeeh he he he . . . . itu kalau disuguhi beneran. . . . “ Akhirnya setelah puas meledek, Semar terkekeh kekeh. Puas meledek ia berkata, “Sebenarnya begini, momonganmu itu disana malah disuruh jangan ikut-ikutan mencari hilangnya Erawati. Kalau mau beristri cantik pilih saja satu diatara anakku, kata Sinuwun Salya. Kamu mau pilih Surtikanti atau Banuwati silakan saja. nDara Pamadi tetap kukuh. Tapi, menurut gelagat, pasti momonganmu bakal dicegat. Lihat saja.”
“Lha itu apa. ndara, itu siapa yang datang kemari?” Tanya Petruk ketika melihat wanita cantik datang diiring para dayangnya.
Benar saja. Surtikanti bejalan mendekat kearah mereka. Skenario ayahnya telah mendorongnya menemui Pamadi. Setelah mendekat dan Surtikanti tak kunjung membuka mulut, Pamadi menanya terlebih dulu.
“Siapa nama andika, Raden Ayu?”
“Adimas walaupun baru kali ini aku kenal denganmu, anggaplah kalau aku dan kamu sudah kenal lama “
bukannya menjawab nama, malah Surtikanti mencoba langsung melakukan pendekatan.
Sejenak Pamadi diam, kemudian katanya , “Apakah saya harus berlaku bohong. Sebab pada kenyataannya baru kali ini aku mengenalmu Raden Ayu. Kecuali itu, saya adalah seorang satria yang harus selalu memegang teguh jiwa kesatrianya. Bila diketahui orang banyak aku berlaku sembrono, maka tidak urung dewata akan mengutuk perbuatanku.”
“Kata-kamu memang benar Pamadi, tapi itu hanya berlaku untuk orang lain. Tapi bagiku harusnya tidak begitu”.
Surtikanti gugup, tapi kemudian ia mencoba kembali membela diri.
“Bagiku setiap pergaulan haruslah tidak membeda bedakan. Apalagi dalam pergaulannya dengan wanita. Saudara atau bukan, aku harus menjunjung drajat kaum wanita, selalu menjaga kesusilaan dan selalu menjaga keutamaannya. Kalaulah aku berani berlaku ceroboh, sembrono apalagi sampai menabrak kesusilaan, alangkah nistanya aku. Boleh dikata adalah orang yang tidak ada harganya sama sekali”.
“Apakah kamu sudah tahu siapa aku Pamadi?”