Dimasa yangg akan datang, pertumbuhan yang cukup baik pada tiga klaster tersebut perlu dijadikan acuan untuk menumbuhkan ketujuh klaster lainnya demi perkembangan sistem klaster pada industri batik di Pekalongan. Berdasarkan hal ini, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan Klaster Kampoeng Batik Kauman, Klaster Kampung Wisata Pesindon, dan Klaster Batik Jenggot. Penelitian juga bertujuan untuk memberikan suatu rekomendasi yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan ketiga klaster tersebut dibandingkan dengan pertumbuhannya saat ini. Penelitian ini menggunakan Model Diamond dari Porter (1990) sebagai model dasar untuk menganalisis pertumbuhan dari Klaster Kampoeng Batik Kauman, Klaster Kampung Wisata Pesindon, dan Klaster Batik Jenggot. Model tersebut menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi daya saing dari sebuah klaster, yaitu faktor kondisi, faktor permintaan, faktor industri pendukung dan terkait, serta faktor strategi dan persaingan. Disamping keempat faktor tersebut, Porter menambahkan dua faktor tambahan yang berasal dari luar klaster yaitu peran pemerintah dan peluang (Matitaputty,2004). Dalam hal ini peneliti hanya menggunakan peran pemerintah karena faktor peluang lebih bersifat unpredictable seperti perubahan yang signifikan dalam pasar keuangan dunia atau nilai tukar mata uang. Adapun yang dimaksud dengan pertumbuhan suatu klaster adalah pertumbuhan yang diukur dengan peningkatan volume penjualan, peningkatan rata-rata pendapatan, dan peningkatan tenaga kerja setiap tahunnya