“Eeeeh . . . . ya macam-macam. Ada legen, ada segala macam air tape”. Semarpun tetap menanggapi Petruk dengan bualannya yang makin membuat mereka menelan ludah.
“Aduuuh Gong, kyaine makan minum enak begitu, kok kita cuma disuguhi ceritanya doang. Menurutmu bagaimana Gong?”
“Biar saja. Aku tutup kuping kok. Lihat saja nanti kalau aku jajan, Semar bakalan aku iming-imingi, kapok dia nanti”. Jawab Bagong kesal.
“Eeeeehh . . . aku sudah kenyang, kamu mau apa?”
Merasa kalah, Bagong diam. Tapi Petruk nyerocos terus tanya hal yang lain. Pikirnya kalau terus-terusan ngomong makanan, pasti akan membuat perutnya makin mules “Terus kyaine disuruh duduk dimana?”
“Aku dipersilakan duduk dilantai yang diberi alas karpet tebal. Rupanya dianya sangat menghormati aku”.
“Dianya itu siapa?”
“Ya itu, Prabu Salya. Sewaktu aku duduk disitu aku dikipasi tiga orang.”
Kesal Petruk menanya sekenanya.”Lho dikipasi kok tidak mendidih?
“Lho apa aku kamu anggap anglo, begitu? Eeeee selesai cuci mulut, aku disuguhi kopi panas”. Kembali Semar membual soal makanan. Tetapi Petruk masih juga menanggapi.
“Lha iya to?”
“Temen minum kopinya, pisang kepok”